Attack on Titan Gambaran Sederhana dari Susahnya Hidup
Sumber: Pinterest redbubble.net

Attack on Titan, atau dalam Bahasa Jepang, Shingeki no Kyojin adalah anime yang memang banyak mencuri perhatian wibu dunia sekarang ini. Terutama saat Season 4 muncul di awal tahun 2022. 

Sekarang, Yeagerist dan Pecinta Kedamaian Absolute harus sedikit bersabar, karena Attack on Titan Season 4 Part 3 baru akan dirilis kembali pada awal 2023. 

Meskipun masih lama, tapi antusias pecinta anime yang karakternya banyak meninggal ini tetap terjaga.

Ada banyak sebab mengapa anime ini selalu ditunggu, bahkan meski pecinta nya harus menunggu 4 tahun hanya untuk Season 2 keluar setelah Season 1 dari tahun 2013.

Story yang epic, jalan cerita yang tidak tertebak, grafis yang memanjakan mata, penulisan dan penggambaran karakter yang baik oleh penulis dan animator, serta banyaknya media-media ternama yang membahas anime karya Hajime Isayama ini, hanyalah segelintir jawaban dari pertanyaan layakkah anime ini ditunggu-tunggu.

Remotivi Membahas Attack on Titan
Sumber: YouTube

Senada dengan yang dikatakan oleh Remotivi dalam videonya, Min Jesinnews memiliki ide untuk menulis apa saja yang bisa dipelajari dari anime AoT ini dalam konsep prematur tentang parenting. Tentu saja menggunakan perspektif Min Jesinnews.

Kebenaran yang Tidak Boleh Diceritakan

Sejarah Tembok di Attack on Titan
Sumber: Pinterest

Masih ingat dengan kisah masa kecil Komando Terbaik kita bernama Erwin Smith?.
Beliau terkenal dengan sikapnya yang tegas, penuh perhitungan, dan terbiasa berpikir kritis.

Bahkan hal itu sudah tumbuh saat Erwin masih anak-anak, dan bertanya kepada Ayahnya, apakah di luar tembok memang tidak ada kehidupan?. 

Pertanyaan ini memang sudah terjawab dengan teori Ayahnya yang mengatakan bahwa pemerintah tembok menjadikan itu hanya untuk dalil keserakahan dan praktik politik hirarki. 

Hal ini sangat masuk akal dengan adanya pembagian 3 tembok, yang masing-masing tembok merepresentasikan tingkat sosial.

Semakin ke dalam, maka semakin tinggi gaya hidup warga yang ada di dalamnya.

Mirisnya, Erwin kecil dengan polos menceritakan teori Ayahnya ini kepada para prajurit yang ada di dalam tembok. Hingga sampailah berita tersebut pada pihak Kerajaan, yang menjadi malapetaka untuk Ayah.

Dari sini kita dapat belajar, bahwa untuk menerima kebenaran terlebih yang bersifat sensitif diperlukan usia yang matang.

Erwin Smith Kecil
Sumber: Pinterest

Sepintar apapun seorang anak, apabila dia diberikan porsi informasi yang tidak sesuai dengan kapasitasnya, maka ia akan lebih banyak meluapkan hal tersebut pada orang lain.Tidak peduli kepada siapa ia akan meluapkan hal tersebut.

Hal inilah yang menjadikan alasan mengapa menyimpan rahasia pada anak kecil, bukanlah hal yang bijak. Apa yang dialami oleh Erwin kecil ini sebenarnya juga banyak dialami oleh anak-anak kecil di dunia nyata.

Memiliki kemampuan untuk berpikir kritis memang bagus, tapi sebagai orang tua, kita harus mengetahui mana yang sesuai dengan porsi si anak, dan mana yang bukan.

Jika tidak, maka si anak akan merasakan trauma yang mendalam, jikalau, istilah kata mereka menyampaikan informasi tersebut kepada orang yang salah.

Beban Erwin kecil terus terbawa hingga ia menjadi Komando Prajurit Ke-13.

Berpikir kritis tanpa adanya rem atau batasan tentunya akan berisiko. Tidak peduli apakah kamu menyimpan informasi yang salah ataupun yang benar sekalipun.

Hal ini yang mungkin dirasakan oleh banyak korban perang, korban politik, dan juga saksi-saksi yang tidak pernah ditanyakan persaksiannya pada kasus korupsi yang dilakukan koleganya, majikannya, dan panutannya.

Menjadi seorang yang menyampaikan kebenaran memang tidak pernah mudah.

Melindungi yang Tidak Melindungi

Karl Fritz Raja Eldia
Sumber: Pinterest

Menuju akhir dari anime AoT, kita semakin tahu alasan warga-warga pada tinggal di dalam tembok. Ya, Raja Karl Fritz dari Bangsa Eldia, ingin melindungi keturunannya dari kejahatan Bangsa Marley.

Dia pun membuat 3 Tembok, Maria, Rose, dan Sina yang tiap tembok dibuat menggunakan 1000 Titan Colossal. Yang apabila warga di dalam tembok diganggu oleh Bangsa Marley, maka Raja akan memerintahkan mereka untuk melakukan Hentakan Bumi.

Menginjak-nginjak Bangsa Marley dan seluruh yang mengganggu.

Sekilas, ini adalah kebaikan, dan akan menjadikan Bangsa Eldia lebih makmur.

Tapi kenyataanya tidak. Apa yang dilakukan oleh Raja justru menjadi sumber bencana bagi warga-warga yang ada di dalam tembok.

Mereka jadi lebih mudah untuk alami kelaparan, kemiskinan dan juga penindasan oleh warga-warga yang berada pada dinding yang lebih dalam.

Apa yang dilakukan oleh Raja ini juga menjadikan warga yang ada di dalam alami yang namanya Pembodohan Massal. Mereka tidak berkembang, dan pikiran mereka hanya sebatas apa yang ada di dalam tembok.

3 Tembok yang didirikan oleh Sang Raja adalah senjata makan tuan bagi keturunannya Bangsa Eldia. 

Apalagi ketika Reiner dkk datang, tampak jelas bahwa warga dan bahkan pemimpin tembok tidak memiliki kemampuan yang baik dalam pengendalian kepanikan massa.

Apa yang dilakukan oleh Raja ini sebenarnya juga banyak dilakukan oleh para orang tua, terutama dari kalangan Boomer, dan juga generasi X. 

Mereka menggunakan cara yang relatif sama dengan apa yang dilakukan oleh Raja.

Membatasi ruang gerak dan juga mematikan kreativitas anak yang sebenarnya tidak terbatas.Tidak heran jika generasi sekarang lebih banyak menjadi generasi yang konsumtif, ketimbang yang inovatif.

Pemalas dan juga lebih banyak berharap pada apa yang diturunkan oleh Orang Tuanya.

Kebencian Turun Menurun

Gabi Braun Pembunuh Sasha
Sumber: Pinterest

Apa yang dialami oleh Bangsa Eldia hingga pada akhirnya mereka nyaris punah adalah buah dari kebencian yang dipelihara secara turun menurun dari Bangsa Marley.

Bahkan ketika keturunan mereka lahir, mereka akan dengan mudah membenci tanpa adanya landasan yang kuat, kecuali karena yang dibenci memiliki darah keturunan yang pernah berbuat dosa besar.

Yang parah adalah konsep kebencian ini ditanamkan sejak dini melalui seorang anak. Baik itu anak dari Bangsa Marley dan juga anak dari Bangsa Eldia.

Lihatlah ekspesi senang ketika Gaby Braun berhasil membunuh Sasha dalam operasi penyerangan dan penjemputan kembali tim penyelidik kepada Eren Yeager.

Kebencian yang terjaga inilah yang kemudian membuat generasi berikut tumbuh menjadi generasi yang suka perang tanpa tahu solusi terbaik untuk perang tersebut.

Konsep kebencian yang diturunkan dari generasi-generasi inilah yang juga menjadikan banyaknya perang di dunia nyata.

Di AoT, kita tidak serta merta mencari siapa yang duluan bersalah, apakah Bangsa Marley ataupun Bangsa Eldia. 

Kenyataannya mereka di jaman dulu sama-sama menderita. Meskipun Min Jesinnews lebih berat menyatakan bahwa penderitaan Bangsa Eldia jauh lebih besar.

Konsep banding-membandingkan penderitaan memang bukan solusi yang terbaik.
Konsep yang bisa memutuskan rantai kebencian ini adalah dengan memaafkan dan tidak menilai seseorang berdasarkan latar belakang mereka.

Lihatlah sekarang di mana kebanyakan dari Orang Tua secara tidak sadar menanamkan rasa kebencian pada anak. Seperti lebih banyak menceritakan seseorang dari bias negatif yang buta.

Hal ini biasa terjadi terutama menyangkut masalah pelik seperti Politik. Mereka bahkan sudah tidak peduli lagi dari mana sumber informasi yang didapatkan.

Entah itu jelas-jelas dari buzzer ataupun dari oposisi ekstrim.

CMIIW.

Salam Jesinnews, Salam Info Menarik & Menyenangkan.