Tips Menghindari Efek Barnum, Kebal Rayuan Dukun
Sumber: Pinterest ArtX

Berawal dari viralnya video kunjungan Pesulap Merah ke Padepokan Gus Samsudin, dukun berkedok agama yang menjual jasa pengobatan ala-ala. 

Ala-ala pake bor, ala keris petir, ala kelapa muda, ala sia boy. 

Berita mengenai dukun dalam 2 bulan terakhir ini selalu menghiasi media sosial. Bersamaan dengan berita hangat dan panas lain dari Tim Ahli IT Terbaik Indonesia Kominfo & Polisi Paling Jujur yakni Ferdi Sambo.

Hingga sekarang, nama Gus Samsudin Jadab kian terbenam, dan datanglah pemain baru Firdaus Oibowo dan Jindan Ente Kadang-kadang. 

Belakangan, Jindan memutuskan untuk keluar dari Asosiasi Dukun, dan mengaku bukan dukun.

Ia bergabung dengan "Geng Pesulap Merah" yakni Denise Chariesta & Dr Richard Lee. Bahkan di dalam podcast Atta Halilintar, Jindan sempat melakukan video call bersama Marchel Radival alias pesulap merah.

Bisa diambil kesimpulan bahwa Jindan seperti menarik diri untuk melawan Pesulap Merah. Nggak tahu kelanjutan pastinya sih.

Yang menarik dari kasus ini adalah, masih adanya orang-orang yang percaya akan dukun, bahkan walaupun dukun tersebut jelas-jelas sudah mengakui pengobatannya adalah trik, dan jelas-jelas bahwa dukun tersebut tidak memiliki kapasitas ilmu yang cukup. 

Kok bisa ya?.

Sebenarnya, jawabannya mudah. 

Setiap orang itu pasti memiliki pengikut, bahkan seorang yang bodoh pun pasti memiliki pengikut.

Mengapa seorang yang bodoh pun bisa memiliki pengikut?, karena pengikutnya lebih bodoh daripada yang diikuti.

Apakah semua pengikut dukun itu bodoh?. 

Pertama bodoh adalah kata sifat, dan bukan kata ganti orang. Ketika kita menghakimi seseorang dengan sebutan "Dia bodoh", sejatinya yang kita hukum itu adalah perbuatannya bukan orangnya.

Namun seringkali kita menyematkan kata ini, sebagai kata ganti orang yang ditunjuk. 

Tentu ini salah besar ya, dan di sinilah pada akhirnya banyak orang yang bertengkar.

Menunjuk pengikut dukun itu bodoh adalah tepat. 

Kebodohan di sini adalah kebodohan yang merujuk pada cara berpikir dan bukan personal dari pengikut dukun tersebut.

Faktanya, kita dapat melihat orang-orang berseragam, berjas, dan orang kaya raya yang punya gelar S1, S2, bahkan S3 ada yang mendatangi dukun. 

"Mbah, minta tolong menangkan saya di Pilkada kali ini mbah" 

Apakah mereka adalah orang yang bodoh secara personal? Tidak.

Apakah mereka adalah orang yang salah dalam berpikir dan bertindak datang dan meminta pada dukun (bodoh)?. Iya.

Salah satu penyebab mereka menjadi bodoh tersebut, adalah adanya efek barnum. Apa itu Efek Barnum Min Jesinnews?.

Mari kita bahas Apa itu Efek Barnum, dan Tips untuk Menghindarinya;

Apa itu Efek Barnum?

Asal Mula Efek Barnum Berawal dari Seorang Pesulap
Sumber: Google Images

Kurang afdhal rasanya jika membahas efek barnum tapi tidak membahas sejarahnya terlebih dahulu. Efek barnum adalah sebuah istilah yang diciptakan dari nama pesulap terkenal bernama PT Barnum pada abad ke-19.

Nama inilah yang kemudian menjadi inspirasi untuk film The Greatest Showman.

"A Suck** is born every minute" adalah ungkapan kekesalan pada orang-orang yang mudah tertipu oleh industri sirkus di tempat PT Barnum bekerja.

Istilah ini baru pertama kali digunakan dalam psikologi tahun 1956 oleh psikolog klinis asal Amerika yakni Paul Meehl. 

Istilah ini, ia pakai karena ia muak dengan kebanyakan psikologi saat itu yang lebih banyak membuat pernyataan umum seolah-olah itu spesial hanya untuk pasien tersebut.

Profesor Bertram R. Forer bahkan sampai melakukan penelitian atau eksperimen bias asli pada tahun 1948 bertemakan efek kognitif.

Eksperimen ini melibatkan murid murid di kelasnya untuk diberikan survei kepribadian. Forer berkata bahwa setiap survei kepribadian tersebut adalah hasil analisis. 

Forer juga memberikan umpan balik pada survei tersebut dengan pernyataan umum yang sama. Umpan balik tersebut seperti;

"Anda memiliki kebutuhan besar untuk disukai dan dikagumi orang lain".

Murid-murid kemudian akan mengevaluasi umpan balik tersebut dari skala 0 - 5 dengan 0 tidak sama sekali dan 5 sangat akurat.

Hasilnya, rata-rata murid mendapatkan nilai 4,26 alias menyatakan umpan balik bersifat umum tersebut memang spesifik pada kepribadian mereka.

Jika dilihat dari kalimat umpan yang bernada positif, maka wajar jika banyak murid-muridnya yang memilih skala yang besar.

Penjelasan sejarah singkat ini memberikan kita definisi yang jelas tentang apa itu efek barnum. 

Efek barnum atau sering disebut juga dengan efek forer, menurut Britannica.com, adalah fenomena di mana seseorang percaya akan deskripsi kepribadian bersifat khusus meskipun faktanya deskripsi tersebut bersifat umum.

Di dalam ilmu psikologi. barnum dipelajari dengan dua cara. Cara pertama adalah yang dilakukan oleh Profesor Forer, dan cara kedua menggunakan perantara komputer.

Penelitian yang dilakukan oleh Profesor Forer membuktikan bahwa barnum bekerja paling baik untuk pernyataan yang bernada positif dan diletakkan pada bagian akhir

Frasa negatif di dalam pernyataan barnum digunakan untuk penyeimbang, dan lebih sering diletakkan pada bagian awal.

Mau contoh?

"Dia adalah orang yang kamu suka, dan dia tidak peka (negatif), kamu tidak tahu cara mendekatinya meski sudah berusaha sekuat tenaga (positif)".

"Tidak salah lagi, kamu sering bermain sama teman-teman kamu kan?,  penculikan motor ini pasti pelakunya orang dekat (pernyataan bernada positif seolah-olah membantu kita sedikit lagi menyelesaikan masalah)".

Thedecisionlab.com, menyatakan bahwa terdapat 2 alasan mengapa seseorang mudah terpengaruh efek barnum. Pertama, terlalu baik alias naif, dan kedua mudah tertipu dengan pernyataan positif yang sekilas spesial.

Efek barnum bekerja dengan memanfaatkan kinerja validasi subjektif. 

Info akan dianggap benar jika informasi tersebut memberikan citra yang positif pada diri pribadi. Validasi subjektif menjadikan kita secara tidak sadar untuk menghubungkan dua peristiwa yang sebenarnya tidak terkait sama sekali.

Sama halnya ketika kamu sedang tanding basket, lalu di tribun ada wanita yang kamu sukai.

Ketika kamu mencetak 3 point, wanita tersebut bersorak gembira dan tepuk tangan kencang, dan melihat kamu walau sekilas. Kamu secara PD mengaitkan hal tersebut bahwa si wanita juga suka denganmu.

Peristiwa 1, Kamu Cetak 3 Point
Peristiwa 2, Wanita bersorak gembira
Peristiwa 3, Wanita sempat melihatmu

Kesimpulan darimu (yang sudah termakan efek barnum)

DIA SUKA PADAKU.

Tips untuk Menghindarinya

Industri Sirkus Tempat PT Barnum Bekerja
Sumber: Google Images

Thedecisionlab.com juga menerangkan kepada kita bagaimana cara tepat untuk dapat menghindari efek barnum ini.

Mereka menerangkan bahwa terdapat 2 cara untuk menghindari efek barnum.

Yang pertama adalah sadar akan bahaya efek barnum. Mempelajari efek barnum dan bagaimana efek ini bekerja tentu akan menambah wawasan kamu untuk memandang dunia lebih realistis lagi.

Orang-orang yang datang ke dukun, dan termakan dengan omongan manis dukun, adalah mereka yang tidak sadar dengan efek barnum.

Lebih jauh lagi, tidak sadar akan dunia yang lebih realistis. Ada yang memang bisa didapatkan, dan ada yang memang tidak bisa didapatkan.

Ada yang bisa direncanakan dan dilakukan, dan ada yang hanya bisa untuk direncanakan saja.

Semua berjalan sesuai dengan usaha dan bukan soal angan-angan akan dunia ghaib yang sejatinya tidak bisa dikendalikan.

Kedua adalah skeptis. 

Sebenarnya, efek barnum ini sering digunakan dalam konsep teknologi. Sebut saja teknologi yang memprediksi bagaimana wajah kamu jika menjadi wanita/pria.

Bagaimana masa depan kamu di tahun 2023, siapa artis yang paling mirip dengan wajah mu dan lain-lain.

Hal-hal seperti tidaklah berbahaya selama kamu merasa skeptis dengan hasil dan proses tersebut.

Menjadi bahaya jika kamu menelannya mentah-mentah. Kamu akan jadi orang yang bangga mirip dengan Tom Holland hasil dari filter Instagram dan kemudian pamer ke orang-orang di sosial media.

Pada akhirnya mental kamu sakit, dan kemudian kamu menjadi narsis. Inilah yang bisa Min Jesinnews jelaskan untuk Efek Barnum. 

Salam Jesinnews, Salam Info Menarik & Menyenangkan.